Bab I: Desa dan
Mimpi Risky
Pada
suatu pagi yang dibalut kabut tipis, di sebuah desa kecil yang jauh dari hiruk
pikuk kota, Risky duduk di bawah pohon mangga yang rindang di depan rumahnya.
Ia memegang buku pelajaran matematika yang sudah lusuh, hadiah dari gurunya di
sekolah dasar. Sementara, terdengar suara ibunya yang sedang memasak di dapur
sederhana.
“Ibu,”
Risky sambil berlari kearah ibunya dan memecah keheningan, suaranya terdengar
penuh rasa ingin tahu, “kenapa kita tidak punya mobil seperti Pak Lurah?”
Ibunya
terdiam sejenak, mengaduk nasi di dalam panci. Ia memandang anaknya dengan
senyum kecil yang mengandung campuran kasih dan kepedihan. “Mobil itu mahal,
Nak. Kalau mau punya mobil, kamu harus bekerja keras. Belajar yang rajin supaya
nanti bisa membuat mobil sendiri, siapa tahu jadi lebih murah untuk orang-orang
seperti kita.”
Risky
mengangguk penuh semangat. “Kalau aku bisa bikin mobil listrik, Ibu. Mobil yang
tidak pakai bensin, jadi lebih ramah lingkungan dan hemat. Apa Ibu bangga kalau
aku jadi perancang mobil?”
Ibunya
duduk di samping Risky, tangan yang kasar karena bertahun-tahun bekerja keras
di sawah menyentuh rambut anaknya dengan lembut. “Ibu sudah bangga dengan kamu
sekarang, Nak. Tapi Ibu lebih bahagia kalau kamu bisa mengubah hidupmu dan
hidup banyak orang. Tidak perlu jadi besar untuk bikin perubahan, cukup jadi
anak yang baik dan tekun seperti sekarang.”
Di
sekolah, Risky sering menjadi pusat perhatian karena kecerdasannya. Suatu hari,
di ruang kelas yang hanya dilengkapi papan tulis usang, gurunya, Pak Subandi,
memberikan tugas. Risky sudah selesai lebih cepat dibandingkan teman-temannya.
“Risky,”
panggil Pak Subandi, sambil mendekati meja Risky, “apa kamu pernah berpikir
tentang masa depanmu? Kamu punya kemampuan yang luar biasa, Nak.”
Risky
mengangguk malu-malu. “Saya ingin menjadi perancang mobil listrik, Pak. Supaya
saya bisa membantu orang-orang yang seperti keluarga saya, yang tidak mampu
beli mobil.”
Pak
Subandi terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Mimpi yang besar, Risky. Tapi ingat,
mimpi besar membutuhkan usaha yang besar juga. Jangan pernah menyerah meski
jalannya tidak mudah.”
Di
malam yang sunyi, di bawah kerlip bintang di langit desa, Risky berbicara
dengan dirinya sendiri. Dalam bisikan lirihnya, ia berkata, “Aku akan membuat
mobil listrik yang bisa membantu banyak orang. Aku tidak tahu bagaimana, tapi
aku percaya suatu hari aku bisa.”
Sampai disini dulu cerita Bab 1....
Tunggu cerita bab-bab selanjutnya..... yang terdiri dari 8 bab....
Pasti Risky bisa ....
BalasHapusAamiinn....
BalasHapusIya pasi Risky bisa
BalasHapusPasti bisa
BalasHapusPasti bisa
BalasHapusRisky pasti bisa
BalasHapus