Bab 2: Jembatan Cinta
Langit
malam penuh bintang menemani Mira yang duduk termenung di beranda rumahnya. Ia
tidak bisa berhenti memikirkan pertemuan singkat dengan Ali. Ada sesuatu yang
berbeda dari pemuda itu—begitu tulus, sederhana, dan penuh semangat hidup. Mira
merasa ada jarak besar antara dunianya yang serba nyaman dan dunia Ali yang
penuh perjuangan. Namun entah mengapa, ia ingin menjelajahi dunia itu.
Kesempatan
datang lebih cepat daripada yang Mira duga. Seminggu setelah acara bakti
sosial, ia mendengar dari salah satu staf keluarga bahwa Ali adalah mahasiswa
yang sering datang ke perpustakaan umum untuk mengerjakan tugasnya. Dengan rasa
penasaran yang semakin besar, Mira memutuskan untuk datang ke perpustakaan
dengan alasan mencari buku.
Di sana, ia melihat Ali sedang
duduk di salah satu sudut ruangan, dikelilingi tumpukan buku dan laptop tua.
Mira memberanikan diri untuk mendekatinya.
Mira: "Hei, Ali, kan?"
Ali mengangkat wajahnya, sedikit
terkejut, tetapi kemudian tersenyum kecil. "Oh, iya. Kamu Mira, kalau
nggak salah?"
Mira mengangguk. "Kamu
sering ke sini, ya?"
Ali: "Iya, tempatnya tenang,
dan koleksi bukunya lengkap."
Percakapan sederhana itu menjadi
awal dari serangkaian pertemuan mereka. Mira mulai sering datang ke
perpustakaan, kadang dengan alasan mencari buku, kadang hanya ingin duduk di
dekat Ali. Mereka mulai berbagi cerita—tentang kehidupan, mimpi, dan
perjuangan.
Mira: "Ali, kamu nggak
pernah merasa hidup ini terlalu berat?"
Ali tersenyum kecil. "Tentu
saja berat, tapi itu bukan alasan untuk menyerah. Saya percaya setiap orang
punya jalan masing-masing."
Mira: "Kadang aku merasa
semua yang aku punya tidak benar-benar membuatku bahagia. Semua ini seperti...
kosong."
Ali menatapnya dengan mata penuh
pengertian. "Bahagia itu bukan tentang apa yang kita punya, tapi bagaimana
kita menjalani hidup. Kamu mungkin hanya belum menemukan alasan untuk
bahagia."
Semakin sering mereka bertemu,
semakin dalam hubungan mereka berkembang. Mira mulai melihat dunia dari sudut
pandang Ali, dan Ali mulai memahami bahwa tidak semua orang yang kaya bahagia
dengan kehidupannya. Namun, bayangan tentang kesenjangan di antara mereka tidak
pernah sepenuhnya hilang.
Konflik mulai muncul ketika
teman-teman Mira mulai curiga dan memberikan komentar tajam tentang kedekatan
mereka. "Mira, kamu serius bergaul sama cowok kayak dia? Apa kata orang
nanti?" tanya salah satu temannya dengan nada merendahkan.
Pada bab ini Mas Zay bercerita tentang Keluarga Mira ternyata menyimpan rahasia. Ayah Mira dulu
berasal dari latar belakang sederhana seperti Ali, dan suksesnya tidak
didapatkan dengan cara yang sepenuhnya bersih. Ketika Mira mengetahui ini, dia
mulai mempertanyakan nilai-nilai keluarganya. Di saat yang sama, Ali mengetahui
bahwa keluarganya pernah menjadi korban dari kebijakan yang diterapkan oleh
ayah Mira di masa lalu.
Hal ini menjadi penghalang besar di antara mereka. Mira merasa terhimpit di antara cinta dan rasa hormat kepada keluarganya, sedangkan Ali harus menghadapi kebingungan emosional antara cinta dan dendam.... tunggu cerita lengkapnya ya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar