Bab
Lanjutan: Jejak Langkah
Pagi
berikutnya membawa sinar matahari lembut yang menerpa kaca-kaca perpustakaan.
Mira dan Ali memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kota kecil itu, berbagi
cerita tentang kehidupan yang telah mereka jalani. Meski bertahun-tahun
terpisah, mereka menemukan bahwa hubungan mereka tetap penuh keakraban dan
kehangatan, seolah waktu tak pernah menggerusnya.
Mira terkesan dengan ketenangan
hidup Ali di kota kecil. "Ini seperti dunia lain," katanya,
memandangi rumah-rumah yang indah namun sederhana, sebagian besar hasil desain
Ali. Ali tersenyum, "Di sini aku merasa damai, tidak ada hiruk-pikuk yang
mengganggu."
Namun, saat mereka berbicara,
Mira menyadari bahwa ia masih memiliki ambisi besar yang ingin dicapai di kota
besar. Ia mencintai dinamika dan tantangan hidupnya. Hal ini membuat mereka
merenung—bisakah dua jalan hidup yang berbeda bersatu tanpa mengorbankan apa
yang paling penting bagi masing-masing?
Di akhir perjalanan mereka, Ali
membawa Mira ke sebuah taman kecil. Di sana, ia menunjukkan bangku kayu
sederhana yang ia desain bertahun-tahun lalu. "Bangku ini adalah proyek
pertama yang aku buat di kota ini," kata Ali. "Aku membuatnya saat aku
merasa paling kehilanganmu. Aku membayangkan kita duduk di sini bersama, berbicara
tentang segala hal."
Mira duduk di bangku itu dan
merasakan betapa dalamnya arti benda sederhana itu bagi Ali. "Aku tidak
tahu bahwa aku begitu memengaruhimu," ujarnya pelan.
Ali mengangguk. "Kamu selalu
ada di pikiranku, bahkan saat aku mencoba melupakan. Tapi aku tahu,
kebahagiaanmu adalah prioritasku, meski itu berarti kita harus berpisah."
Mira tersenyum dengan mata
berkaca-kaca. "Mungkin cinta sejati bukan tentang siapa yang bersama
siapa, tetapi tentang mendukung satu sama lain untuk menjadi versi terbaik dari
diri kita," katanya.
Mereka berdua tahu bahwa cinta
mereka tidak akan pernah benar-benar hilang. Namun, mereka juga sadar bahwa
mereka mungkin lebih baik tetap berjalan di jalan masing-masing, membawa
kenangan manis ini sebagai bagian dari perjalanan mereka.
Saat mereka berpisah di stasiun
kereta, ada keheningan yang damai di antara mereka. Tak ada janji atau
tuntutan, hanya harapan yang tulus bahwa masing-masing akan menemukan
kebahagiaan di mana pun hidup membawa mereka.
Dan dengan itu, kisah mereka tidak berakhir, tetapi berubah menjadi babak baru—dua jiwa yang saling menghormati, melangkah maju dengan kekuatan dan cinta yang telah membentuk mereka.
Bab
Akhir: Janji yang Baru
Ketika Mira dan Ali saling berpamitan di stasiun kereta, hati mereka penuh dengan pikiran tentang apa yang mereka rasakan. Namun, semakin mereka memikirkannya, semakin jelas bahwa cinta mereka tidak bisa diabaikan begitu saja. Mereka telah tumbuh dewasa, telah berpisah, tetapi tetap tak bisa menyangkal bahwa hati mereka selalu kembali pada satu sama lain......
Sampai disini dulu cerita Mas Zay hari ini..... semoga besok bisa dilanjutkan kembali....
Oh iya... Mas Zay ada kabar baru Nih... setelah Cerita Cinta Yang Tertunda Selesai, Mas Zay sudah punya Buku Cerita lagi yang juga tidak kalah serunya... Biar gak penasaran, ini saya kasih tahu Bukunya ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar