Selasa, 29 April 2025

MIMPI DI ATAS ASA (Bab I)

 


Bab I: Desa dan Mimpi Risky

Pada suatu pagi yang dibalut kabut tipis, di sebuah desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk kota, Risky duduk di bawah pohon mangga yang rindang di depan rumahnya. Ia memegang buku pelajaran matematika yang sudah lusuh, hadiah dari gurunya di sekolah dasar. Sementara, terdengar suara ibunya yang sedang memasak di dapur sederhana.

“Ibu,” Risky sambil berlari kearah ibunya dan memecah keheningan, suaranya terdengar penuh rasa ingin tahu, “kenapa kita tidak punya mobil seperti Pak Lurah?”

Ibunya terdiam sejenak, mengaduk nasi di dalam panci. Ia memandang anaknya dengan senyum kecil yang mengandung campuran kasih dan kepedihan. “Mobil itu mahal, Nak. Kalau mau punya mobil, kamu harus bekerja keras. Belajar yang rajin supaya nanti bisa membuat mobil sendiri, siapa tahu jadi lebih murah untuk orang-orang seperti kita.”

Risky mengangguk penuh semangat. “Kalau aku bisa bikin mobil listrik, Ibu. Mobil yang tidak pakai bensin, jadi lebih ramah lingkungan dan hemat. Apa Ibu bangga kalau aku jadi perancang mobil?”

Ibunya duduk di samping Risky, tangan yang kasar karena bertahun-tahun bekerja keras di sawah menyentuh rambut anaknya dengan lembut. “Ibu sudah bangga dengan kamu sekarang, Nak. Tapi Ibu lebih bahagia kalau kamu bisa mengubah hidupmu dan hidup banyak orang. Tidak perlu jadi besar untuk bikin perubahan, cukup jadi anak yang baik dan tekun seperti sekarang.”

Di sekolah, Risky sering menjadi pusat perhatian karena kecerdasannya. Suatu hari, di ruang kelas yang hanya dilengkapi papan tulis usang, gurunya, Pak Subandi, memberikan tugas. Risky sudah selesai lebih cepat dibandingkan teman-temannya.

“Risky,” panggil Pak Subandi, sambil mendekati meja Risky, “apa kamu pernah berpikir tentang masa depanmu? Kamu punya kemampuan yang luar biasa, Nak.”

Risky mengangguk malu-malu. “Saya ingin menjadi perancang mobil listrik, Pak. Supaya saya bisa membantu orang-orang yang seperti keluarga saya, yang tidak mampu beli mobil.”

Pak Subandi terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Mimpi yang besar, Risky. Tapi ingat, mimpi besar membutuhkan usaha yang besar juga. Jangan pernah menyerah meski jalannya tidak mudah.”

Di malam yang sunyi, di bawah kerlip bintang di langit desa, Risky berbicara dengan dirinya sendiri. Dalam bisikan lirihnya, ia berkata, “Aku akan membuat mobil listrik yang bisa membantu banyak orang. Aku tidak tahu bagaimana, tapi aku percaya suatu hari aku bisa.”


Sampai disini dulu cerita Bab 1.... 

Tunggu cerita bab-bab selanjutnya..... yang terdiri dari 8 bab....

6 komentar: