Senin, 23 Juni 2025

BAB 4: SKETSA HARAPAN

 

Pagi tiba dengan langkah pelan, merayap di antara lorong-lorong sempit yang selama ini terbiasa dengan kegelapan. Sinar matahari menelusup malu-malu melalui celah bangunan tua, menyentuh dinding-dinding yang mengelupas, seperti tangan yang mencoba menyembuhkan luka.

Jaka berdiri di depan salah satu dinding paling kusam di gang itu. Ia merasakan permukaannya dengan jemarinya—kasar, dingin, penuh bekas luka dari waktu yang tak pernah memberi ampun.

Di matanya, dinding ini bukan sekadar tembok. Ia adalah saksi bisu penderitaan, tempat di mana harapan sering kali terhenti di tengah perjalanan. Tapi hari ini, ia akan mengubahnya. Ia mengambil kaleng cat, menggenggamnya dengan erat seakan di dalamnya terdapat seluruh kepercayaan diri yang ia butuhkan. Udara pagi terasa lebih berat, seolah menahan napas untuk menyaksikan sejarah yang akan tercipta.

Jaka menyemprotkan warna pertama—semburan biru yang melebur ke permukaan beton, seperti gelombang laut yang mencapai pantai setelah perjalanan panjang. Dengan setiap gerakan tangannya, garis demi garis terbentuk. Tidak ada kemarahan dalam lukisan ini, tidak ada pemberontakan yang meledak-ledak seperti dulu. Yang ada hanyalah cerita baru, kisah tentang mereka yang masih bertahan, mereka yang menolak menyerah pada dunia yang kerap melupakan mereka.

Tembok itu mulai bernapas.

Saat mural perlahan terbentuk, warga mulai berdatangan. Anak-anak melongok dengan rasa ingin tahu, sementara orang dewasa menatap dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. Beberapa dari mereka tersenyum, mengangguk pelan, seolah menemukan sesuatu yang lama mereka cari dalam warna-warna itu. Tapi tidak semua orang berpikir demikian.

Seorang pria tua berdiri di sudut, matanya tajam mengamati setiap goresan yang dibuat Jaka. Ia menyilangkan tangan, raut wajahnya penuh skeptisisme.

"Untuk apa semua ini?" tanyanya akhirnya, suaranya berat seperti tahun-tahun yang telah berlalu tanpa perubahan.

Jaka berhenti sejenak, memandang mural yang baru terbentuk sebagian. Ia bisa merasakan keraguan pria itu, bisa mendengar gemuruh ketidakpercayaan yang memenuhi udara.

"Agar tempat ini punya cerita yang berbeda," jawabnya pelan.

Pria itu mendengus, lalu melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.

Jaka tahu, kepercayaan tidak bisa dibangun dalam sehari. Tetapi ia juga tahu, setiap warna yang ia goreskan adalah langkah kecil menuju sesuatu yang lebih besar.

Malam datang, tapi kali ini terasa berbeda. Bukan kegelapan yang menyelimuti tempat itu, melainkan warna-warna yang mulai berbicara. Mural yang dibuat Jaka kini telah hampir selesai. Wajah seorang wanita tua tergambar di tengahnya, kerutan di wajahnya bercerita tentang perjuangan yang tak pernah berhenti. Di sebelahnya, seorang pria dengan tangan yang kasar karena bertahun-tahun bekerja tanpa istirahat, matanya penuh kebijaksanaan. Mereka bukan sembarang gambar. Mereka adalah pahlawan komunitas, orang-orang yang mengorbankan hidupnya agar lingkungan ini tetap bertahan. Saat Jaka menyelesaikan sentuhan terakhir, seseorang mendekatinya—seorang ibu yang mengenakan kain lusuh, rambutnya tersisir seadanya, tapi matanya penuh cahaya.

"Itu ibuku," katanya dengan suara bergetar. "Terima kasih."

Jaka tersenyum, merasakan kehangatan yang mengalir di dadanya.

Malam itu, muralnya tak lagi sekadar lukisan. Ia menjadi bagian dari cerita orang-orang yang selama ini terabaikan.

Beberapa hari berlalu, dan mural itu mulai menarik lebih banyak perhatian. Anak-anak mengelilinginya setiap sore, tertawa sambil menunjuk ke berbagai detail yang Jaka buat dengan penuh hati. Para pedagang yang biasanya hanya sibuk dengan dagangannya kini sesekali berhenti untuk melihat. Bahkan pria tua yang dulu meragukannya kini sering duduk di dekat mural, diam, tetapi tidak lagi dengan ekspresi skeptis.

Jaka merasa sesuatu telah berubah, bukan hanya di tembok itu, tetapi di hati orang-orang. Dulu, tempat ini adalah sudut kota yang dilupakan. Kini, ia menjadi titik di mana cerita-cerita baru mulai tumbuh, di mana harapan yang lama terkubur mulai muncul ke permukaan. Jaka menatap muralnya dengan senyum kecil. Ini hanyalah awal dari perjalanan panjang, tetapi ia tahu satu hal: warna-warna itu bukan hanya miliknya. Mereka milik semua orang yang masih percaya bahwa sesuatu yang indah masih bisa lahir.

Bersambung ........


Harga Ebook Mendidik Anak Sesuai Zamannya: Rp. 40.000,-

WA : 0822 4499 2692 (Mas Zay)


Rabu, 18 Juni 2025

BAB 3: ANTARA HUKUMAN DAN PELUANG


Udara pagi di sudut kota yang terlupakan terasa berat, sarat dengan debu yang bergumul di antara bangunan-bangunan yang berdiri tanpa harapan. Lorong-lorong sempit berliku seperti urat nadi yang membawa kehidupan yang enggan terlihat oleh dunia luar. Dinding-dinding kusam di sana tidak hanya menjadi saksi bisu waktu—mereka menyimpan luka, mimpi yang terkoyak, dan bisikan ketidakadilan yang tak pernah didengar.

Saat Jaka melangkah masuk, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Tidak ada gemuruh semprotan cat yang biasa ia dengar saat ia mendekati tembok kosong. Tidak ada kegembiraan liar dari aksi pembangkangan yang selama ini menjadi bagian dari jiwanya. Kali ini, ia datang bukan sebagai seniman yang bebas, tetapi sebagai seseorang yang harus mempertanggung-jawabkan kesalahannya.

Tembok-tembok itu seolah berbisik, menatapnya dengan murka. Mereka tidak memerlukan seni yang hanya meninggalkan jejak tanpa makna. Mereka haus akan sesuatu yang lebih dari sekadar warna—sesuatu yang mampu memberi kehidupan, bukan sekadar ekspresi kemarahan yang membakar segalanya.

Saat Jaka menyentuh permukaan dinding, ia merasakan dinginnya batu yang selama ini menjadi latar bagi kehidupan orang-orang di sekitarnya. Ia melihat coretan-coretan lama—bukan miliknya, tetapi dari mereka yang datang sebelum dia, meninggalkan jejak kehancuran yang sama. Dan untuk pertama kalinya, ia bertanya-tanya: apakah semua ini hanya siklus yang tak pernah benar-benar berubah?

Di antara bangunan yang seolah membungkuk karena beban kehidupan, Jaka melihat sekumpulan anak-anak yang duduk berjejer di tepi gang. Mata mereka mengandung sesuatu yang ia kenali—ketidakpastian, harapan yang tak berani berkembang, dan keinginan untuk sesuatu yang lebih dari sekadar bertahan hidup.

Salah satu dari mereka menarik perhatian Jaka. Seorang pemuda dengan tangan penuh noda arang, kertas-kertas lusuh berserakan di sekelilingnya. Ia menggambar, melukiskan sesuatu yang hampir mirip dengan mural yang pernah Jaka buat—tetapi dengan sesuatu yang lebih dalam, lebih emosional.

“Bagus sekali,” ujar Jaka, suaranya nyaris tenggelam dalam kebisingan kota.

Pemuda itu menatapnya sejenak sebelum kembali menggerakkan tangannya di atas kertas. Tidak ada jawaban, tidak ada pertanyaan. Hanya suara gesekan arang yang terus beradu dengan permukaan kertas yang hampir hancur karena terlalu sering digunakan.

Jaka melihat bagaimana pemuda itu bekerja, bagaimana setiap goresan yang dibuatnya membawa emosi yang nyata. Tidak ada kemarahan yang meledak-ledak seperti miliknya. Tidak ada dorongan untuk memberontak atau melawan. Hanya ekspresi murni dari seseorang yang berusaha menemukan keindahan di tengah dunia yang tak memberinya kesempatan.

Untuk pertama kalinya, Jaka merasa bahwa ia tidak sendirian.

Malam tiba dengan keheningan yang menggigit. Jaka duduk di sebuah kursi reyot di sudut ruangan kecil yang diberikan kepadanya sebagai tempat tinggal sementara. Ia menatap tembok kosong di depannya, tetapi kali ini, ia tidak merasa ingin mengisinya dengan warna.

Di dalam dirinya, pertempuran lain sedang berlangsung. Apakah ia hanya seorang vandalis, seseorang yang menciptakan seni tanpa peduli pada dampaknya? Ataukah ia bisa menjadi seseorang yang lebih dari itu—seseorang yang menggunakan bakatnya untuk sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri?

Selama ini, ia selalu percaya bahwa grafiti adalah bentuk kebebasan. Tapi kebebasan seperti apa? Kebebasan untuk siapa? Apakah kebebasan yang ia perjuangkan hanya untuk dirinya sendiri, atau untuk mereka yang hidup dalam bayang-bayang kota tanpa pernah benar-benar terlihat?

Jaka menggenggam kaleng cat semprotnya, merasakan bobotnya seperti beban yang ia bawa sepanjang hidupnya. Jika ia ingin berubah, maka ia harus menemukan cara yang baru. Tapi bagaimana?

Esok paginya, saat Jaka berjalan melalui gang yang telah mulai terasa akrab, ia melihat pemuda yang kemarin menggambar. Kali ini, ia menggunakan dinding sebagai kanvasnya, tetapi bukan dengan semprotan cat—hanya dengan arang dan kapur, meninggalkan jejak yang akan memudar dengan waktu.

Jaka berhenti, memperhatikan setiap detail yang terukir dalam garis-garis itu. Dan saat itulah sesuatu muncul dalam pikirannya. Mungkin ia bisa menggunakan bakatnya bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membangun kembali. Mungkin mural-muralnya bisa memiliki makna lebih dari sekadar ekspresi kemarahan. Mungkin warna-warna yang selama ini ia gunakan bisa menjadi simbol harapan, bukan sekadar protes.

Jaka mengambil napas panjang, merasakan perubahan yang mulai mengakar dalam dirinya.

Malam yang hampir membunuhnya telah membawanya ke tempat ini—ke titik di mana ia harus memilih antara menjadi seseorang yang hanya meninggalkan jejaknya sendiri, atau seseorang yang benar-benar mengubah dunia yang ia tinggali.

Dan untuk pertama kalinya, ia tahu ke mana ia harus pergi.
 

Bersambung ..............


Ebook Membangun Satuan PAUD Berkualitas
Harga : Rp. 35.000,-
Pesan : WA ke 0822 4499 2692 (Mas Zay)

Sinopsis

Membangun Satuan PAUD Berkualitas

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah fondasi utama bagi perkembangan anak menuju jenjang pendidikan lebih lanjut dan kehidupan sosial yang lebih kompleks. E-book Membangun Satuan PAUD Berkualitas hadir sebagai panduan komprehensif bagi tenaga pendidik, kepala satuan PAUD, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mewujudkan PAUD yang bermutu, inklusif, dan berorientasi pada perkembangan holistik anak.

Melalui berbagai bab yang tersusun sistematis, pembaca akan diajak untuk memahami konsep dasar PAUD berkualitas, kebijakan dan regulasi, kepemimpinan pendidikan, kurikulum berbasis eksplorasi, serta pengelolaan lingkungan belajar yang aman dan stimulatif. Tidak hanya itu, buku ini juga membahas strategi peningkatan kompetensi pendidik, peran serta keluarga dan masyarakat, transformasi digital dalam PAUD, serta praktik baik dan studi kasus keberhasilan satuan PAUD di berbagai daerah.

Dengan pendekatan berbasis bukti dan pengalaman langsung dari dunia pendidikan, buku ini memberikan pandangan baru bagi pengelola PAUD dalam meningkatkan kualitas layanan. Setiap bab disusun dengan mengutamakan strategi praktis yang dapat diterapkan di berbagai kondisi lapangan, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.

Sebagai bagian dari upaya menciptakan generasi emas Indonesia 2045, Membangun Satuan PAUD Berkualitas mengajak semua pihak untuk bersinergi dalam membangun ekosistem pendidikan anak usia dini yang berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan.

Pesan : WA ke 0822 4499 2692 (Mas Zay) 

Jumat, 13 Juni 2025

SANG SENIMAN JALANAN YANG MENGUBAH SUDUT KOTA (Bab 2: Malam yang Mengubah Segalanya)

 

 

Malam melingkupi kota dalam pelukannya yang dingin, seolah mengintai langkah-langkah mereka yang berani menantang batas. Di sebuah gedung tua yang menjulang tinggi, Jaka berdiri di tepian, memandang tembok luas yang akan menjadi kanvas bagi ambisinya. Matanya berkilat seperti bara api yang tak akan padam—malam ini, ia akan menciptakan sesuatu yang tak akan terlupakan.

Angin berbisik, membawa suara masa lalu yang pernah mencemoohnya, seakan mencoba menghalangi niatnya. Namun, Jaka tak gentar. Ia meraih kaleng cat semprot, merasakan dinginnya logam di tangannya—senjatanya, alat yang akan memberinya kebebasan. Ia tahu tempat ini sulit diakses. Di ketinggian ini, satu langkah salah bisa berarti akhir segalanya. Tetapi itulah yang ia cari—tantangan yang membuktikan bahwa ia bukan sekadar seniman jalanan, tetapi seorang pencipta yang berani menggoreskan visinya di tempat yang tak pernah terpikirkan.

Tangannya bergerak dengan percaya diri, warna pertama meluncur ke tembok, menjelma menjadi bentuk abstrak yang perlahan mulai mengambil makna. Ia seperti sedang berbicara dengan kota, memberi pesan yang selama ini tersembunyi di balik kehidupan yang tak peduli pada mereka yang berada di bawah. Namun, malam memiliki cara sendiri untuk menguji kesombongan. Saat ia melangkah lebih jauh, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Angin tiba-tiba bertiup lebih kencang, membawa ketegangan yang menggigit kulit. Jaka mengabaikannya, terlalu larut dalam irama seninya. Namun, satu langkah yang terlalu tergesa menjadi awal dari mimpi buruknya.

Kakinya terpeleset.

Waktu terasa melambat. Ia merasakan gravitasi menarik tubuhnya, seolah kota sendiri menolak keberadaannya.

Jaka jatuh.

Ia tak sempat berteriak—hanya keheningan yang menemani tubuhnya saat melayang di udara. Lampu-lampu kota berpendar, berkelip seperti mata-mata yang menyaksikan kejatuhannya tanpa belas kasihan. Udara dingin menusuk kulitnya, menciptakan sensasi asing antara ketakutan dan kepasrahan.

Dalam sepersekian detik sebelum tubuhnya menghantam tanah, Jaka menyadari satu hal—hidupnya mungkin akan berubah selamanya. Cahaya putih menyilaukan. Bau antiseptik memenuhi udara. Jaka membuka matanya dengan susah payah, tubuhnya terasa remuk seperti kaca yang jatuh ke lantai dan pecah menjadi serpihan kecil. Ia mengerang pelan, mencoba menggerakkan jari-jarinya, memastikan dirinya masih utuh. Di sekelilingnya, suara alat medis berbunyi pelan, seolah mengingatkan bahwa ia masih hidup. Tapi sesuatu terasa lebih berat dari sekadar luka—rasa penyesalan mulai merayap masuk, mencengkram pikirannya.

Seorang perawat mendekat, senyumnya sopan tapi dingin, seperti seseorang yang sudah terlalu sering melihat orang-orang yang mendekati kehancuran. “Kamu beruntung masih hidup,” katanya, suaranya terdengar seperti nasib yang mengingatkan. “Tapi sekarang, kamu punya tanggung jawab atas apa yang terjadi.”

Tanggung jawab. Kata itu menghantam Jaka lebih keras daripada jatuhnya tadi malam.

Ia harus membersihkan area kumuh yang dulu menjadi latar bagi mural-muralnya. Ia harus kembali ke tempat di mana ia pernah menjadi bayangan yang menghiasi tembok-tembok dengan kemarahan. Dan kali ini, ia tak lagi menjadi seniman yang bebas—ia menjadi seseorang yang harus melihat dunia dengan cara yang berbeda. Saat ia akhirnya bisa berdiri, langkahnya terasa lebih berat daripada sebelumnya. Ia bukan lagi Jaka yang menantang dunia, ia adalah seseorang yang harus menghadapi kenyataan yang selama ini ia hindari. Ia berjalan melalui gang-gang kumuh, melihat tembok-tembok yang dulu ia anggap sebagai kanvas, kini ia lihat dengan mata yang berbeda.

Mereka menatapnya.

Bukan sebagai seniman. Bukan sebagai pahlawan.

Sebagai perusak.

Seorang ibu tua meliriknya dengan tajam, matanya menyimpan sejarah luka akibat lingkungan yang selalu dirusak tanpa peduli. Seorang anak kecil berdiri di sudut, menatapnya dengan campuran rasa takut dan penasaran.

Jaka ingin berbicara, ingin menjelaskan bahwa ia tak pernah berniat menyakiti mereka. Bahwa grafitinya adalah bentuk ekspresi, bukan kehancuran.

Tapi kata-kata tak keluar dari bibirnya. Untuk pertama kalinya, Jaka melihat dirinya bukan dari matanya sendiri, tetapi dari mata orang-orang yang selama ini menjadi latar bagi seninya. Dan dalam kesunyian yang menyesakkan, ia bertanya pada dirinya sendiri—apakah selama ini ia benar-benar menciptakan sesuatu yang berarti?

Ataukah ia hanya meninggalkan jejak kemarahan yang tak pernah membawa perubahan?

Bersambung.......


E-Book Mendidik Anak Sesuai Dengan Zamannya
Harga : Rp. 40.000,-
Langsung Pesan ke WA : 0822 4499 2692 (Mas Zay)

Kamis, 05 Juni 2025

SANG SENIMAN JALANAN YANG MENGUBAH SUDUT KOTA


 Sinopsis

Di sudut kota yang remang, tempat tembok-tembok berlumur debu dan asa, seorang pemberontak menari dengan warna. Jaka bukan hanya seorang seniman grafiti—ia adalah suara kemarahan yang tersimpan dalam semburan cat, pemberontakan yang berpendar di lorong-lorong sempit.

Namun, malam yang dingin merenggut egonya. Saat tubuhnya melayang dari ketinggian, ia merasakan ketidakberdayaan yang selama ini ia tolak. Dunia tak lagi menjadi panggung bagi protesnya—ia terdampar di batas antara kehilangan dan kesempatan.

Saat terbangun di lingkungan kumuh, ia melihat dinding-dinding yang tak hanya retak, tetapi menangis dalam kesunyian. Bangunan-bangunan tua seolah berbisik, mengisahkan cerita manusia-manusia yang telah lama dikubur dalam ketidakpedulian. Jaka mulai memahami bahwa seni bukan sekadar ledakan emosi, melainkan cahaya yang dapat menghidupkan kembali harapan yang telah mati.

Dengan kuas dan semprotan cat, ia melukis bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk mereka yang tak pernah terdengar. Tembok yang dahulu bisu kini mulai berbicara—mural-muralnya membawa kisah para pekerja keras, impian yang hampir pudar, dan kekuatan manusia yang bertahan di tengah kehancuran.

Namun, tak semua orang menyambutnya dengan tangan terbuka. Kota tetap menganggapnya musuh, dan malam terus mengirimkan ancaman dari geng jalanan yang tak rela melihat perubahan. Lukisan-lukisan yang ia buat dirusak, harapan yang ia bangun dihancurkan. Jaka berdiri di ambang keputusasaan, bertanya pada dirinya sendiri: apakah seni benar-benar bisa mengubah dunia?

Tapi ia tak sendiri. Penduduk yang dahulu ragu kini berdiri di sampingnya, mengangkat kuas mereka bersama. Dari kehancuran lahir kebangkitan. Dari dinding yang ternoda, muncul warna baru yang memancarkan kehidupan. Saat muralnya akhirnya menjadi simbol yang tidak bisa diabaikan, bahkan pemerintah mulai membuka mata—mereka melihat bahwa perubahan bukan hanya mimpi, tetapi kenyataan yang telah Jaka lukis dengan pengorbanannya.

Kini, sudut kota yang dulu muram telah menemukan cahaya. Dan Jaka, sang seniman jalanan, tak lagi menjadi bayangan yang menghindari dunia, tetapi cahaya yang menerangi jiwa-jiwa yang pernah terabaikan.


Bab 1: Jejak Sang Pemberontak

Malam menggantung di atas kota seperti selimut hitam yang menutupi luka-luka beton. Lampu-lampu jalan berkedip lesu, seakan kelelahan menyaksikan deretan kehidupan yang tak pernah berhenti berjuang. Di antara gedung-gedung tua yang diam membisu, Jaka melangkah dengan hati-hati, bersama teman-temannya yang bersembunyi di bayang-bayang, seperti serigala yang mengintai dalam gelap. Langit malam menjadi saksi keheningan yang penuh rahasia. Angin menyelinap di lorong-lorong kota, membawa bisikan dari masa lalu, membawa bau kemiskinan yang melekat di dinding-dinding kumuh. Setiap langkah Jaka bukan hanya mendekati tujuan, tetapi juga semakin tenggelam dalam dunia yang hanya dimengerti oleh mereka yang terasing. Dinding yang retak seperti tangan yang terulur, mengharap sentuhan yang memberi kehidupan. Jaka meraba permukaannya, merasakan dinginnya beton yang tak pernah berbicara. Tapi malam ini, ia akan membuatnya berbicara. Ia akan memberi warna pada kesunyian, memberi suara bagi mereka yang tak pernah terdengar. Dengan satu semprotan cat, suara berdesis memenuhi udara. Seperti nyanyian yang tak pernah dinyanyikan, seperti teriakan yang tertahan terlalu lama. Jaka tersenyum samar, matanya memancarkan api yang tak bisa dipadamkan.

Jaka tak pernah percaya pada sistem yang mengatur hidupnya. Ia tak percaya pada janji-janji yang diberikan tanpa bukti. Sejak kecil, ia telah melihat bagaimana mereka yang berada di bawah hanya menerima sisa-sisa, bagaimana orang-orang seperti dirinya dipaksa hidup dalam dunia yang selalu mengabaikan keberadaannya. Seni adalah senjatanya. Warna-warna adalah amunisi yang ia tembakkan ke dinding-dinding kelam. Setiap garis yang ia buat adalah jeritan bagi mereka yang tak punya suara, setiap semburan cat adalah perlawanan terhadap dunia yang tak pernah memberinya tempat. Ia melukis sosok-sosok buram, wajah-wajah yang tercetak dalam kenangan pahit. Mata-mata yang memancarkan penderitaan, tangan-tangan yang menengadah tanpa harapan. Itu adalah potret dunia yang ia kenal, dunia yang ia tinggalkan di balik kanvas beton.

Bagi Jaka, grafiti bukan sekadar seni. Ia adalah perang. Perang melawan ketidakpedulian, perang melawan sistem yang hanya melihat angka, bukan manusia. Dan malam ini, ia adalah prajurit yang berjuang dengan warna. Ketika malam hampir menjadi miliknya, segalanya berubah. Dari kejauhan, suara langkah berat mendekat—ritme yang memecah keheningan, menghapus kebebasan yang baru saja ia temukan. "Polisi!" bisik salah satu temannya, suaranya bergetar dalam ketakutan.

Jaka tak menunggu. Adrenalin menguasai tubuhnya, mendorongnya untuk berlari sebelum suara sirene mulai menggema di udara. Ia melesat melalui lorong-lorong gelap, mendengar napasnya sendiri berpacu dengan langkah kaki yang terus mengejarnya.

Gedung-gedung seolah bergerak, menyempitkan jalannya, menciptakan labirin yang semakin sulit dilewati. Malam yang tadi bersahabat kini berubah menjadi musuh yang tak memberi jalan keluar. Setiap sudut yang ia lewati terasa seperti jebakan, setiap bayangan yang ia lihat seolah mengulurkan tangan untuk menangkapnya. Ia bisa mendengar suara polisi semakin dekat, bisa merasakan tekanan yang mencekik pikirannya. Jika ia tertangkap, semua akan berakhir. Jika ia jatuh, ia akan tenggelam dalam sistem yang berusaha ia lawan. Dengan sekali gerakan, ia melompati pagar tua, merasakan ranting-ranting menyayat kulitnya. Ia bersembunyi di balik kontainer besi, tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin membasahi wajahnya. Dan di sana, dalam gelap yang semakin pekat, Jaka bertanya pada dirinya sendiri—apakah ia benar-benar melawan? Atau apakah ia hanya melarikan diri tanpa tujuan?

Saat keheningan kembali menyelimuti kota, Jaka tetap bersembunyi di balik dinding yang dingin. Nafasnya masih berat, denyut nadinya masih berpacu. Tapi di balik semua itu, ada sesuatu yang lain—sesuatu yang lebih dalam, lebih pahit. Ia menutup matanya, dan masa lalu mulai menyeretnya kembali. Ia mengingat rumah kecil tempat ia tumbuh, tempat di mana mimpi-mimpi hancur sebelum sempat terbentuk. Ia mengingat suara ibunya yang selalu lelah, tangannya yang kasar karena terlalu sering bekerja, matanya yang redup karena terlalu sering menahan kesedihan. Ia mengingat bagaimana ayahnya pergi tanpa pamit, meninggalkan mereka dengan hutang dan kehancuran yang tak bisa diperbaiki. Ia mengingat bagaimana ia harus bertahan di jalanan, bagaimana ia belajar bahwa tidak ada keadilan bagi mereka yang miskin, tidak ada belas kasih bagi mereka yang lemah. Dan di sanalah, dalam keheningan malam yang terasa begitu akrab, Jaka menyadari satu hal yang selama ini ia hindari—ia bukan hanya melawan dunia. Ia melawan dirinya sendiri.

Seni adalah pelariannya, warna-warna adalah pelindung yang ia gunakan untuk menutupi luka yang tak pernah sembuh. Tapi malam ini, dalam pelarian yang penuh ketakutan, ia bertanya pada dirinya sendiri: apakah semua ini cukup?

Apakah warna-warna yang ia lukis benar-benar bisa mengubah dunia?

Atau apakah ia hanya sedang mencoba menghapus bayangannya sendiri dari kehidupan yang tak pernah memberinya kesempatan?


Bersambung.....


Penjelasan Permendikdasmen No. 9 Tahun 2025 Tentang TKA

Jember, 5 Juni 2025 – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) hari ini mengumumkan kebijakan baru mengenai Tes Kemampuan Akademik (TKA). Kebijakan ini bertujuan untuk menghadirkan evaluasi hasil belajar peserta didik yang lebih terstandar dan kredibel di seluruh Indonesia.

Link Downloud: Materi TKA 

Peluncuran TKA didasari oleh berbagai permasalahan dalam sistem evaluasi hasil belajar yang selama ini dilakukan guru, di antaranya variasi standar penilaian antar guru dan sekolah yang menyulitkan perbandingan nilai rapor, praktik menormalisasi ketidakjujuran demi nilai tinggi, kualitas soal ulangan yang terkadang rendah, serta kurangnya motivasi belajar siswa karena persepsi semua pasti naik kelas dan lulus. Hasil evaluasi oleh guru juga dipandang kurang handal untuk seleksi yang melibatkan perbandingan antar sekolah/wilayah. Data menunjukkan distribusi nilai rapor sekolah cenderung homogen dan tinggi, berbeda dengan distribusi nilai literasi numerasi Asesmen Nasional (AN) dan UTBK yang menunjukkan variasi kompetensi murid yang besar.

TKA: Melengkapi, Bukan Menggantikan

TKA dirancang untuk mengukur capaian akademik individu murid pada beberapa mata pelajaran tertentu sesuai kurikulum yang berlaku. Penting untuk dicatat, TKA tidak akan menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; kelulusan tetap ditentukan oleh satuan pendidikan masing-masing. TKA hadir untuk melengkapi sistem penilaian yang sudah ada, bukan menggantikan penilaian oleh satuan pendidikan.

Hasil TKA akan memiliki beberapa kemanfaatan utama:

  • Sebagai salah satu bahan pertimbangan seleksi ke jenjang pendidikan selanjutnya.
  • Untuk penyetaraan antar jalur pendidikan (non formal, informal, dan formal).
  • Dapat digunakan untuk keperluan seleksi akademik lainnya
  • Sebagai acuan pengendalian dan penjaminan mutu pendidikan.

Berbeda dengan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang bertujuan untuk evaluasi pemetaan mutu sistem satuan pendidikan dengan sistem sampling murid, TKA berfokus pada evaluasi capaian akademik individu murid dan kepesertaannya tidak wajib untuk individu murid kelas 6, 9, dan 12/13.

Pelaksanaan TKA Bertahap

Pelaksanaan TKA akan dilakukan secara bertahap dan berbasis komputer:

  • TKA SMA/MA/SMK:

    • Materi Uji: Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan 2 mapel pilihan. Daftar mata pelajaran pilihan mencakup Matematika Tingkat Lanjut, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Sejarah, Pendidikan Pancasila/PPKn, Projek kreatif dan Kewirausahaan, serta berbagai bahasa tingkat lanjut dan bahasa asing.
    • Komposisi Soal: Seluruh soal dari pusat.
    • Estimasi Waktu Pelaksanaan: November 2025.

  • TKA SMP/MTS:

    • Materi Uji: Bahasa Indonesia dan Matematika.
    • Komposisi Soal: Sebagian soal pusat dan sebagian soal daerah (pemda kab/kota) dengan koordinasi pemda provinsi.
    • Estimasi Waktu Pelaksanaan: Maret-April 2026.

  • TKA SD/MI:

    • Materi Uji: Bahasa Indonesia dan Matematika.
    • Komposisi Soal: Sebagian soal pusat dan sebagian soal daerah (pemda kab/kota).
    • Estimasi Waktu Pelaksanaan: Maret-April 2026.

Kolaborasi Pusat dan Daerah

Keberhasilan implementasi TKA yang kredibel membutuhkan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah. Kemendikdasmen akan menyiapkan sistem TKA, menyusun pedoman, menyiapkan kerangka asesmen dan soal (seluruh soal TKA SMA dan sebagian soal TKA SD & SMP), mengolah data hasil TKA, menerbitkan sertifikat hasil TKA, serta melakukan koordinasi dan monitoring evaluasi. Kementerian Agama dan Pemerintah Daerah (Provinsi & Kab/Kota) berperan dalam menyiapkan sarana dan dukungan TKA

Pemerintah Daerah Provinsi akan menetapkan pengawas TKA SMA/SMK/SLB, melakukan koordinasi pelaksanaan TKA di jenjang tersebut, koordinasi penjaminan mutu soal TKA SMP & SD, serta menyediakan sarana TKA SMA/SMK/SLB. Sementara itu, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota akan menetapkan pengawas SMP & SD, mengkoordinasikan pelaksanaan TKA SMP & SD, menyusun sebagian soal TKA SMP & SD, serta menyediakan sarana TKA SD, SMP, dan program Paket A, B, & C.

Sesuai linimasa yang telah disusun, setelah pengumuman kebijakan pada Juni 2025, akan dilanjutkan dengan penyusunan soal (April-September), proses penyusunan Peraturan Menteri, uji publik, harmonisasi pedoman penyelenggaraan, serta sosialisasi dan koordinasi persiapan (Juni-September), sebelum pelaksanaan TKA SMA sederajat pada November 2025.

Dengan TKA, Kemendikdasmen berharap dapat menyediakan informasi capaian akademik yang valid sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Link Downloud: Permendikdasmen No. 9 2025 Tentang TKA

Rabu, 04 Juni 2025

Permendikdasmen No. 9 Tahun 2025 Tentang Tes Kemampuan Akademik (TKA)

 

Pemerintah Terbitkan Aturan Baru Tes Kemampuan Akademik (TKA) Mulai Tahun 2025

Jember, 4 Juni 2025 - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia telah menetapkan Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2025 tentang Tes Kemampuan Akademik (TKA). Peraturan yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, pada 28 Mei 2025 dan diundangkan pada 3 Juni 2025 ini akan menjadi landasan baru dalam pelaksanaan tes untuk mengukur capaian akademik murid di berbagai jenjang pendidikan.

Peraturan baru ini diterbitkan dengan pertimbangan bahwa penilaian terstandar diperlukan untuk mengetahui capaian akademik murid mengacu pada standar nasional pendidikan. Selain itu, Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 31 Tahun 2023 tentang Uji Kesetaraan dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti.

Tujuan dan Prinsip Pelaksanaan TKA

Berdasarkan Pasal 3, TKA bertujuan untuk:

  • Memperoleh informasi capaian akademik murid yang terstandar untuk keperluan seleksi akademik.

  • Menjamin pemenuhan akses murid Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal terhadap penyetaraan hasil belajar.

  • Mendorong peningkatan kapasitas pendidik dalam mengembangkan penilaian yang berkualitas.

  • Memberikan bahan acuan pengendalian dan penjaminan mutu pendidikan.

Pelaksanaan TKA akan diselenggarakan dengan prinsip kejujuran, kerahasiaan, dan akuntabilitas, sebagaimana diatur dalam Pasal 2.

Penyelenggara dan Peserta TKA

TKA akan diselenggarakan oleh Kementerian, kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Pasal 4). Masing-masing pihak memiliki tugas dan tanggung jawab yang telah diatur secara rinci.

Peserta TKA dapat berasal dari jalur Pendidikan Formal (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK), Pendidikan Nonformal (program paket A, B, C, dan pesantren), serta Pendidikan Informal (sekolahrumah) (Pasal 8). Murid yang dapat mengikuti adalah mereka yang terdaftar dalam sistem basis data yang dikelola Kementerian. Pengecualian berlaku bagi murid berkebutuhan khusus penyandang disabilitas yang memiliki hambatan intelektual.

Mata Uji dan Hasil TKA

Mata uji TKA akan berbeda di setiap jenjang (Pasal 9):

  • SD/MI/Program Paket A/sederajat dan SMP/MTs/Program Paket B/sederajat: Bahasa Indonesia dan Matematika.

  • SMA/MA/Program Paket C/sederajat dan SMK/MAK: Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan mata pelajaran pilihan.

Hasil TKA akan disampaikan dalam bentuk nilai dan kategori capaian yang ditetapkan oleh Menteri (Pasal 10). Peserta yang telah mengikuti TKA berhak memperoleh sertifikat hasil TKA yang diterbitkan oleh Kementerian dan dicetak oleh Satuan Pendidikan (Pasal 11 dan 14).

Pemanfaatan Hasil TKA

Hasil TKA memiliki berbagai kegunaan (Pasal 13), antara lain:

  • Salah satu syarat seleksi penerimaan murid baru jalur prestasi untuk jenjang SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.

  • Salah satu pertimbangan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru.

  • Menyetarakan hasil Pendidikan Nonformal dan Informal dengan Pendidikan Formal.

  • Keperluan seleksi akademik lainnya.

  • Acuan pengendalian dan penjaminan mutu pendidikan oleh pemerintah.

Ketentuan Peralihan dan Penutup

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 31 Tahun 2023 tentang Uji Kesetaraan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (Pasal 25). Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2025 ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 3 Juni 2025.

Pendanaan penyelenggaraan TKA akan dibebankan pada APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah (Pasal 22). Tata tertib pelaksanaan TKA akan ditetapkan lebih lanjut dalam pedoman penyelenggaraan TKA.


Downloud disini : Permendikdasmen  No. 9 Tahun 2025

Senin, 26 Mei 2025

Link Pengisian Instrumen Evaluasi Awal Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan di Satuan Pendidikan (PAUD, SD, SMP, dan SMA/K)

 

Jember, 26 Mei 2025Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia pada tanggal 23 Mei 2025 telah menggelar webinar penting yang berfokus pada sosialisasi instrumen evaluasi awal penguatan pendidikan karakter. Acara daring ini bertujuan untuk memastikan semua satuan pendidikan dasar memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai implementasi pendidikan karakter dan panduan pengisian instrumen evaluasi yang relevan. Pengisian survei tersebut kami terima sampai dengan hari Sabtu, 31 Mei 2025 pukul 16.00 WIB

Pada webinar tersebut, para narasumber menekankan urgensi pendidikan karakter sebagai fondasi utama dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. "Karakter adalah indikator primer dari SDM unggul," ujar salah satu pembicara, menggarisbawahi komitmen Kemendikbud untuk terus memperkuat karakter melalui berbagai strategi dan kebijakan.


Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Jadi Fokus Utama

Salah satu inisiatif kunci yang disorot dalam sosialisasi ini adalah "Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat". Program ini merupakan upaya nyata dalam mengimplementasikan pendidikan karakter melalui pembiasaan sehari-hari. Tujuh kebiasaan tersebut meliputi:

  1. Bangun pagi

  2. Berdoa

  3. Berolahraga

  4. Makan makanan sehat dan bergizi

  5. Gemar belajar

  6. Bermasyarakat

  7. Tidur lebih awal


Peluncuran Instrumen Evaluasi dan Panduan Pengisian

Webinar ini juga menjadi momen peluncuran instrumen evaluasi awal yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dasar implementasi pendidikan karakter secara nasional. Peserta diberikan panduan detail mengenai cara mengisi instrumen tersebut, termasuk identifikasi responden (siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua), persiapan sumber daya yang diperlukan (seperti laboratorium komputer dengan akses internet), serta tautan ke formulir survei online yang relevan.

Tidak hanya evaluasi awal, webinar ini juga menyinggung pentingnya pemantauan berkelanjutan terhadap ketujuh kebiasaan tersebut. Pemantauan akan dilakukan melalui catatan harian yang diisi oleh siswa dan lembar refleksi untuk orang tua, memastikan konsistensi dalam pembiasaan karakter.


Karakter dan Pembelajaran Mendalam: Membentuk Profil Pelajar Pancasila

Diskusi dalam webinar turut menghubungkan penguatan karakter dengan konsep pembelajaran mendalam (deep learning). Hal ini menekankan pentingnya mengembangkan berbagai potensi siswa di luar pencapaian akademik semata. Tujuannya adalah membentuk delapan profil lulusan kunci, termasuk iman, berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, komunikasi yang baik, dan kesehatan.

Webinar ini juga menggarisbawahi perlunya kolaborasi erat antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan media dalam membina pengembangan karakter siswa. Dukungan dan koordinasi yang kuat menjadi kunci keberhasilan program ini.

Secara keseluruhan, webinar Direktorat Sekolah Dasar ini menjadi sesi informatif yang esensial, memandu sekolah di seluruh Indonesia dalam berpartisipasi aktif pada evaluasi awal penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan, khususnya Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, serta mempertegas pentingnya pengembangan karakter dalam ekosistem pendidikan nasional.



Link Survei Ortu PAUD Kab. Jember (5 Responden): Daftar Formulir Orang Tua/ Wali PAUD

Link Survei Guru PAUD Kab. Jember (2 Responden): Daftar Formulir Guru PAUD

Link Survei Kepala Satuan PAUD Kab. Jember (1 Responden): Daftar Formulir Sekolah PAUD


Link Survei Murid SD Kab. Jember (30 Responden): Daftar Formulir Murid SD

Link Survei Ortu SD Kab. Jember (10 Responden): Daftar Formulir Orang Tua/ Wali SD

Link Survei Guru SD Kab. Jember (5 Responden): Daftar Formulir Guru SD

Link Survei Kepala SD Kab. Jember (1 Responden): Daftar Formulir Kepala SD


Link Survei Murid SMP Kab. Jember (30 Responden): Daftar Formulir Murid SMP

Link Survei Guru SMP Kab. Jember (5 Responden): Daftar Formulir Guru SMP

Link Survei Kepala SMP Kab. Jember (1 Responden): Daftar Formulir Kepala SMP


Link Survei Murid SMA Kab. Jember (30 Responden): Daftar Formulir Murid SMA

Link Survei Guru SMA Kab. Jember (5 Responden): Daftar Formulir Guru SMA

Link Survei Kepala SMA Kab. Jember (1 Responden): Daftar Formulir Kepala SMA


Link Survei Murid SMK Kab. Jember (30 Responden): Daftar Formulir Murid SMK

Link Survei Guru SMK Kab. Jember (5 Responden): Daftar Formulir Guru SMK

Link Survei Kepala SMK Kab. Jember (1 Responden): Daftar Formulir Kepala SMK


Demikian kabar dari Mas Zay.... Semoga bermanfaat...




Harga Pre Order e-book sebelum 1 Juni 2025 : Rp. 35.000,-
Harga e-book mulai 1 Juni 2025 : Rp. 99.000,-
Pesan WA ke : Mas Zay (0822 4499 2692)


e-Book

"Mendidik Anak Sesuai Dengan Zamannya"

Dunia terus berubah, begitu pula dengan tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dalam proses tumbuh kembang mereka. Pendidikan di era modern tidak cukup hanya berfokus pada akademik, tetapi juga harus mampu mengajarkan anak bagaimana beradaptasi, berpikir kritis, serta memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi dunia yang semakin digital dan kompleks.

E-Book "Mendidik Anak Sesuai Dengan Zamannya" hadir sebagai panduan komprehensif bagi orang tua dan pendidik dalam mengasuh dan membimbing anak agar siap menghadapi perubahan zaman. Menggabungkan pendekatan holistik, e-book ini membahas keseimbangan antara pendidikan akademik, kecerdasan emosional, dan nilai spiritual yang akan membentuk pribadi anak yang cerdas, kreatif, dan berintegritas.

Di dalam e-buku ini, Anda akan menemukan:

ü Pola Asuh yang Adaptif dan Fleksibel: Bagaimana menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan unik setiap anak agar mereka bisa berkembang sesuai potensinya.

ü Peran Teknologi dan AI dalam Pendidikan: Cara memanfaatkan teknologi sebagai alat pembelajaran tanpa mengorbankan keseimbangan hidup anak.

ü Pentingnya Pendidikan Karakter : Mengajarkan anak nilai-nilai seperti kejujuran, empati, dan ketahanan mental untuk menghadapi tantangan sosial dan ekonomi.

ü Strategi Membantu Anak Berpikir Kritis dan Kreatif:  Membangun pola pikir berkembang (growth mindset) agar anak tidak mudah menyerah saat menghadapi kesulitan.

ü Mempersiapkan Anak Menghadapi Tantangan Global: Menanamkan keterampilan dan wawasan agar anak siap bersaing di dunia kerja yang terus berubah.

Melalui pembahasan yang mendalam, praktis, dan diperkaya dengan contoh kehidupan sehari-hari, buku ini diharapkan menjadi referensi yang berguna bagi para orang tua dan pendidik untuk menciptakan generasi yang kuat dan berdaya saing.

Siapa yang Harus Membaca E-Book Ini?

ü Orang Tua: Buku ini memberikan wawasan dan strategi dalam mendidik anak agar mereka berkembang sesuai dengan perubahan zaman, baik dalam aspek akademik, sosial, maupun teknologi.

ü Pendidik dan Guru: Berbagai jenis pendekatan yang adaptif, e-book ini membantu para pendidik dalam merancang metode pembelajaran yang relevan bagi anak-anak di era digital.

ü Pemerhati Pendidikan: Untuk mereka yang ingin memahami bagaimana pendidikan modern harus dirancang agar menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan global.

ü Mahasiswa dan Calon Guru: Sebagai referensi dalam memahami berbagai aspek pendidikan holistik yang dapat diterapkan dalam dunia akademik dan sosial.

ü Siapa Pun yang Peduli terhadap Masa Depan Generasi Muda: Karena anak-anak adalah investasi masa depan, mendidik mereka sesuai dengan zamannya bukan lagi pilihan—tetapi keharusan!


E-Book ini lebih dari sekadar panduan pendidikan—Namun buku ini merupakan cerminan bagaimana kita dapat membangun masa depan yang lebih baik melalui generasi yang berpikir kreatif, bertanggung jawab, dan berdaya saing tinggi.