Senin, 19 Mei 2025

MIMPI DI ATAS ASA (Bab VI: Kembali ke Tanah Air)


Setelah tiga tahun bekerja di perusahaan listrik ternama di Jerman dan menciptakan tiga hak paten yang diakui dunia, hati Risky selalu tertambat pada tanah kelahirannya. Meskipun ia sukses di negeri orang, ia merasa panggilan jiwanya adalah untuk memberikan dampak langsung kepada masyarakat di negaranya. Suatu hari, sebuah surat elektronik dari pemerintah tiba di kotak masuknya, menawarkan kesempatan untuk mengembangkan teknologi mobil listrik di tanah air. Tanpa ragu, Risky segera menyanggupi tawaran itu.

Di bandara negara, Risky disambut oleh perwakilan pemerintah dan keluarganya. Ibunya, dengan air mata bahagia, memeluk erat anaknya yang kini menjadi kebanggaan bangsa.

Ibu:
"Kamu tidak pernah lupa rumah ini, ya, Nak? Ibu tahu meskipun jauh, hatimu selalu ada di sini."

Risky:
"Bu, semua yang aku lakukan ini berawal dari mimpi yang tumbuh di desa kita. Aku ingin mimpi ini juga memberi manfaat untuk negara kita."

Dengan hati yang penuh semangat, Risky memulai pekerjaannya di Indonesia. Ia diberi akses ke sebuah laboratorium teknologi yang baru dibangun, bekerja bersama tim insinyur muda lokal yang penuh dedikasi.

Prototipe dan Pengujian Sukses

Langkah pertama Risky adalah membangun prototipe mobil listrik yang sederhana namun efisien, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat negaranya. Ia sering mengadakan sesi brainstorming dengan timnya, mengajarkan teknik-teknik inovatif yang ia pelajari di Jerman.

Anggota Tim:

"Risky, teknologi ini baru bagi kami, tapi cara Anda memimpin membuat kami merasa yakin bahwa ini bisa berhasil."

Risky:
"Kita bekerja bersama sebagai tim. Keberhasilan kita adalah keberhasilan bangsa ini. Mari jadikan ini langkah pertama untuk kita yang lebih maju."

Setelah delapan bulan penuh kerja keras, prototipe pertama mobil listrik Risky berhasil diselesaikan. Mobil tersebut diuji coba pada acara kenegaraan, dan keberhasilannya menjadi sorotan publik. Presiden saat itu memberikan pidato apresiasi, menyebut inovasi Risky sebagai bukti bahwa putra bangsa mampu bersaing di tingkat global.

Pada suasana acara tersebut, Risky berdiri di samping mobil listriknya yang tengah diuji di hadapan tamu-tamu penting. Suara tepuk tangan menggelegar saat mobil itu melaju mulus di lapangan upacara.

Presiden:
"Risky, Anda adalah teladan bagi generasi muda Indonesia. Kami berharap apa yang Anda mulai ini menjadi awal dari era baru transportasi di negara kita."

Di tengah kebahagiaan itu, Risky hanya tersenyum dengan rendah hati, merasa bahwa ini adalah langkah kecil pertama dari mimpinya yang lebih besar.

 

Harapan yang Terbentur Tantangan Politik

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Setahun kemudian, pemerintahan berganti. Proyek pengembangan mobil listrik Risky tidak lagi menjadi prioritas. Dukungan anggaran dihentikan, dan laboratorium yang telah menjadi tempat berinovasi berubah menjadi bangunan kosong tanpa aktivitas.

Risky mencoba mengajukan proposal kepada berbagai pihak untuk melanjutkan proyeknya, tetapi tantangan birokrasi dan perubahan kebijakan menghalangi jalannya. Dalam sebuah rapat dengan timnya, Risky berusaha menyemangati mereka meskipun situasi semakin sulit.

Risky:
"Kita tahu bahwa jalan ini tidak akan mudah. Tapi ingatlah, kita memulai ini untuk masa depan negara ini. Meskipun proyek ini terhenti, mimpi kita tidak boleh berhenti."

Malam itu, di ruang kerjanya yang kini sepi, Risky merenung sambil menatap sketsa mobil listrik yang pernah ia rancang. Dalam hatinya, ia berjanji bahwa meskipun tantangan terus menghadang, ia akan menemukan cara untuk melanjutkan perjuangannya.

Risky (berbicara kepada dirinya sendiri):
"Mimpi ini bukan hanya untukku. Ini adalah harapan untuk bangsa. Jika pintu tertutup, aku akan mencari jalan lain."

Bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar